21 April 2007

TERKADANG…TERKADANG….

Terkadang hidup harus memilih, terkadang hasil tak sesuai dengan keinginan, terkadang hati sering mengingkari, terkadang gaya dan style mengalahkan keindahan hati, kebanyakan terkadang itulah yang membuat hati terkadang selalu ragu untuk melangkah, ragu untuk mengambil tindakan. Takut salah, takut tidak sesuai, takut takut dan selalu takut. Memang manusiawi sih perasaan tersebut, tapi jika berlebihan malah membuat hati menjadi resah.
Sahabatku, kita memang membutuhkan yang namanya Ijazah, STTB, STK, Sertifikat dan apalah sejenisnya, tapi kadang kita sangat sangat terlalu menginginkan kertas tersebut. Memang tidak bisa di pungkiri jika kertas tersebut memiliki arti yang kedua dan bahkan pendukung hasil jerih payah kita belajar, tapi janganlah selalu kita nomor satukan sehingga terkadang ilmu yang lebih menjadi ragu setelah tertutup dengan ketidakjelasan kertas tesebut.

Maaf jika kata-kata saya terkesan menggurui, namun jauh di lubuk hati saya bukan itu maksud saya, tapi saya hanya mengingatkan kembali, mungkin sahabat-sahabat lupa akan hal tersebut.
Saya hanya jadi sedih mendapatkan sabahat-sabahat saya, sahabat kita, sahabat bangsa rela dan pergi untuk mencari sebuah kejelasan akan kertas tersebut. Dan bahkan lebih sedih lagi saat status sebuah tempat belajar menjadi bahan pertimbangan untuk kita terus maju atau tidak melanjutkan belajar di tempat tersebut.

Kesedihan saya bukan hanya itu, bahkan jiwa yang dulu ramai dan bercanda, bahkan mereka-mereka memiliki karakter yang sangat berbeda, unik dan mengasikkan, tapi sekarang saya merasa berada di tempat yang jauh, jauh dari segala keakraban yang dulu.

Saya masih ingat perjuangan saya dulu saat saya memutuskan untuk masuk sekolah SMP Terbuka yang pada saat itu baru di buka tahun pertama, dan tidak tahu akan kejelasan sekolah tersebut, namun saya lalui dengan tetap istiqomah dan yakin, inilah pilihan yang Allah berikan untuk saya, sekarang tinggal memanfaatkan kembali jangan sampai hilang di genggaman. Tidak tanggung-tanggung perjuangan saat itu, dimana kami tidak mendapat kan pelajaran yang cukup (memang tidak di pungkiri, jika biayanya jauh lebih rendah dari sekolah swasta sekalipun) tapi bukan itu yang saya cari, ilmu, ilmu, ilmu sekali ilmu. Karena tanpa ilmu saya akan tersesat, tanpa ilmu saya gelap, tanpa ilmu saya buta, tanpa ilmu saya tidak tau tujuan saya akan kemana!. Perjuangan tidak sampai di situ, status kejelasan yang tidak menentu (walaupun itu program pemerintah) tapi saya yakin, jika suatu saat saya tidak di akui, saya masih punya ilmu. Karena status hanyalah boneka buatan pemerintah. Saat semester kami di beri soal paket B sedangkan pelajaran yang kami terima dari Modul-modul kiriman pemerintah adalah paket A, karena kami di anggap tidak dapat mengerjakan paket A. Justru yang terjadi apa? Setelah kami membaca soal paket A, justru lebih gampang di jawab di bandingkan paket B, lha wong yang di pelajari Modul paket A. Sejak itu Modul dan buku-buku khusus untuk SMP Terbuka malah di gunakan di SMP Negeri yang ternyata isinya lebih gampang di cerna. Saat kami telah memasuki kelas 3, kami di pindahkan dan bergabung dengan sekolah negeri regular (biasanya SMP Terbuka masuk siang, belajar mulai jam : 02:00 siang, dan Regular Negeri belajar jam : 08:00 pagi), itu pun juga karena siswa-siswa SMP Terbuka mulai rontok dan sudah tidak betah. Ya… akhirnya mulailah kami bergabung, walaupun duduknya dempet-dempetan (karena kelas memang sudah penuh oleh regular), dari itu kami sudah mulai berkembang, dan sedikit demi sedikit perubahan itu tertampak, yang pada akhirnya tetap kami tidak dapat melampui nilai SMP Negeri dan SMP PGRI, namun kami tidak berkecil hati, nilai rata-tata kami dapat melampui rata-rata dua sekolah tesebut yang di bangga-banggakan, karena di SMP Terbuka tidak ada yang memiliki nilai lebih tinggi dari dua sekolah tersebut, dan tidak pula lebih kecil, dan itu kami lalui belajar yang optimal selama 1 tahun belajar bergabung dengan siswa regular (sedangkan selama 2 tahun terlewat dengan ketidakjelasan belajar) bagaimana jika kami belajar bareng saat pertama kali kami masuk, ya mungkin sahabat-sahabat bisa bayangkan sendiri….
Sahabat tahu, setelah saya pahami, ternyata karena niat kami yang ingin belajar dan tidak memikirkan status akan sekolah tesebut, kami hanya butuh belajar, belajar dan belajar. Ternyata status itu akan tidak berlaku setelah prestasi berada di depan kita, justru statuslah yang akan mengekor setelah prestasi di ukir.
Sahabatku yang masih di rundung masalah, di rundung ketidaktenangan jiwa, keresahan hati, kebimbangan keputusan. Jangan putus asa, jangan takut mengambil sikap.
Sahabatku yang membaca tulisan ini, bukan maksudku menahan jiwa sahabat untuk terus berada di posisi saat ini, namun pikirkanlah, jika itu lebih baik, lakukanlah. Jika itu sesuai dengan keinginan hati kerjakanlah. Jika tidak sesuai dengan keinginan hati buat apa di tahan-tahan, carilah yang sahabat cari. Masing-masing jiwa memiliki keinginan dan pemikiran yang berbeda, itu karunia Allah, jangan di pungkiri.
Tidak ada perjumpaan tanpa perpisahan, yah itu memang pepatah kuno dan basi, namun tidaklah salah jika masih kita pakai sampai saat ini. Jika kita tidak berpisah sekarang, suatu saat lambat laun pasti itu akan tejadi.
Sahabatku, aku masih ingat puisi dari sahabat karibku. Walaupun ada sedikit perubahan, namun mungkin bisa jadi renungan.

Sahabatku….
Jika engkau sudah tidak betah berada di tempatmu saat ini
Lihatlah pekerjaanmu, mungkin bisa menyenangkan, buat apa kamu resahkan.
Namun jika dari pekerjaanmu pun sudah tidak menyenangkan,
Mungkin masih ada di sudut lain yang memberi warna, mungkin suasananya yang akrab sehingga engkau masih betah.
Tapi jika itu pun juga tidak mengobati, mungkin masih ada lagi, coba engkau lihat orang-orangnya, mungkin antik, menarik, bahkan mungkin unik.
Tapi jika hal tersebut sudah tidak mendukung lagi, tempat yang tidak betah, pekerjaan yang membosankan, suasana yang tidak menyenangkan serta orang-orang yang menyebalkan, mungkin masih ada lagi yang terlewat olehmu.
Mungkin gedungnya yang megah dan indah, engkau masih bisa memandangnya saat engkau pulang dari rutinitas mu yang mungkin memberikan suasana lain, jika itupun juga tidak mempan, masih ada burung di sekitarnya, langit, awan, tanah, rumput, bahkan mungkin suasana pulang pergi engkau yang mungkin memberi kesan.
Jika semua itu sudah engkau lakukan, sudah muak dengan semua itu, sudah tidak mampu, buat apa engkau masih bertahan di situ, apalagi yang engkau cari, sekarang pergilah, pergilah, carilah apa yang engkau cari, wujudkan apa keinginanmu. Jangan lagi engkau tunda, pergilah sahabat….mudah-mudahan itu jalan terbaik.
Yakinlah dengan kemantapan hatimu, yakilah dengan janji Allah, yakinlah dengan hatimu sendiri. Engkau bahagia kamipun akan ikut bahagia.
Semoga Allah merahmati setiap langkahmu menuju keridhaannya.

Sahabat yang memikirkan sahabat

Pasar minggu: 20 April 2007 at 08:08 PM

16 April 2007

Kerinduan Iman

Assalamu'alaikum
Apa khabar iman hari ini?
Sedang apa dia sekarang, apakah sedang berdzikir, shadaqoh, shalat, tawaf
Apa kah dia baik-baik saja, apa dia sekarang sedang mendengkur...atau mungkin sedang berjalan mencari tambahan batu bara yang akan membakar tungku kebenaran sehingga tetap me-ngebulkan asap Cinta-Nya...
Kenapa kamu iman...kenapa...kenapa....
Apa yang terjadi padamu saat ini, apakah kau sudah bosan dengan skenario Tuhan-mu, atau mungkin engkau sendiri yang menghindarkan diri dari-Nya... ataukah mungkin kau telah bosan dengan jiwa mu yang telah mati...beku...dan membatu....
Iman... jangan pergi...jangan pergi....engkaulah yang setia menemani raga dan jiwa ini untuk selalu mengajak dan berkunjung kerumah Tuhan-mu, bersilaturahmi dengan saudaramu, dengan para Malaikat yang menunggu di tiap-tiap pintu masjid Tuhan-mu saat jum'at menyapa pagi itu..., saat majlis taklim di hidupkan obor-obor tiap sudutnya, saat udara segar masuk ke dalam masjid, udara yang di kipaskan oleh kepakan sayap Malaikat-malaikat Tuhan yang setia menemani saat jiwa dan raga ini menuju sinarnya yang makin benderang.
Iman... apa yang kau lakukan saat ini, kenapa engkau mengikis dirimu sendiri dengan hal-hal yang tidak berguna, kenapa kau tidak pernah beranjak dewasa, kenapa justru kau makin tampak kurus ku lihat saat ini, apa kau kurang makan Ayat-Nya, apa kau tidak pernah di mandikan dengan air Tausiah yang sangat menyejukkan, atau mungkin kau kurang vitamin Cinta-Nya kepada sesama.
Ataukah mungkin jiwa dan raga ini yang selalu menahan dan enggan untuk mengajakmu kesana.....
Maafkan jiwa ini iman...maafkan raga ini iman.... seharusnya jiwa ini tak menghalangi engkau untuk mencari tambahan batu bara mu yang akan kau nyalakan di Tungku kebenaran, seharusnya jiwa ini tak selalu megikuti hawa nafsu yang buruk. Maafkan raga ini yang sibuk mengurus dirinya sendiri untuk di perlihatkan kabanggaanya.
Maaf kan iman...
Ps. Minggu, 30 Juli 2006 (11: 00 AM), Setelah ku belajar Aya-ayat Agung-Mu