15 January 2007

Tampomas Adam

Kemaren, waktu saya pulang dari Mangga Dua, setelah turun dari kereta yang tiba di Ps. Minggu. Saya tertarik setelah melirik terdapat banyak buku bekas yang di jual dengan harga relatif murah. Pertamanya saya hanya ingin mencari buku cerita bahasa Inggris, namun yang saya cari tak ujung ketemu. Yang ada hanya panas yang menyengat terasa.
Setelah lelah mencari, kesana kemari, akhirnya saya tertarik dengan sebuah buku usang (warnanya sudah seperti terpanggang), lalu muncul-lah keinginan ingin memiliki buku tersebut. Buku itu saya beli dengan harga Rp. 7.000,-. Akhirnya buku berjudul "Neraka di Laut Jawa, Tampomas II" berada di genggaman tangan. Saya jadi tidak sabaran dengan buku tersebut, sekilas saya baca terbitannya, ya Allah ternyata buku itu terbit sebelum saya lahir, terbit di tahun 1981 oleh kerjasama Sinar Harapan dan Mutiara.
Sampai di Kost aku sudah tidak sabaran lagi dengan buku tersebut, aku jadi penasaran. Setelah aku baca pada halaman pertama, kedua dan sampai pertengahan buku tersebut, serta beberapa foto dokumentasi, ternyata itu adalah Kisah Kapal Tampomas yang terbakar, seperti yang sering kita dengar lewat lagu Iwan Fals "tampomas terbakar". Cerita tersebut mungkin sudah di bumbui dengan cerita yang berbentuk sastra, sehingga bukan lagi seperti hasil reporter wartawan lagi, namun sudah masuk ke sebuah Novel.
Ceritanya mirip dengan kisah kapal Titanic, yang menabrak gunung es sehingga tenggelam. Namun Tampomas tenggelam karena kebakaran. Sangat menyeramkan ketika membaca banyak tubuh yang terpanggang di sana, bagaimana rasanya tubuh itu terbakar hidup-hidup dan mengejang-ngejang di depan ribuang orang yang berada dalam kapal tersebut. Mengerikan.
Dan yang mengejutkan saya, ternyata lokasi kapal tersebut terbakar, tidak jauh dari pesawat Adam Air terbakar dan jatuh di laut, karena peta lokasi masih di sekitar laut antara Surabaya dan Pare-pare.
Ternyata sejarah itu terulang kembali. Yang mungkin dulu kapal laut, sedangkan sekarang kapal terbang (pesawat). Pada masa itu yang memimpin adalah Presiden Soeharto seorang tentara dan panglima perang. Sedangkan sejarah berulang lagi di Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga sorang tentara dan mungkin panglima perang juga (maaf bila ada salah, hanya perkiraan saya saja). Ada apa dengan mereka berdua, kenapa sejarah itu berulang lagi.
Hanya Allah yang bisa menjawab semua itu...

No comments: